Buku
OUTLET Yogya Dalam Peta Seni Rupa Kontemporer Indonesia
Keempat peneliti yang mengisi buku outlet, yogyakarta dalam peta seni rupa kontemporer indonesia ini sepakat bahwa pengertian seni rupa kontemporer tidak bisa dipahami tanpa mengkaji perkembangan seni rupa modern.Bahwa Seni rupa kontemporer pada dasarnya merupakan kontradiksi seni rupa moderen.Keempat Peneliti sadar bahwa pembahasan seni rupa kontemporer, tidak bisa dimaknai dengan penafsiran sederhana " Seni Rupa Masa Kini "atau " Seni rupa yang berkait dengan waktu"
Kemunculan Seni Rupa Kontemporer di Indonesia diwarnai pula oleh reaksi terhadap depolitisasi pada perkembangan seni rupa sebelumnya (pertengahan 1960-an dan awqal 1970-an).Depolitisasi ini terjadi akibat perubahan politik pada tahun 1965 tempat militer mengambil alih kekuasaan setelah Partai Komunis Indonesia (PKI) gagal menguasai pemerintahan di bawah Soekarno. Pemerintahan di bawah Soeharto Melarang Komunisme, memburu semua anggota PKI, dan menjalankan politik intimidasi untuk menangkal komunisme.Komonisme segera menjadi stigma dalam kehidupan dan masyarakat termasuk seniman menjadi takut berpolitik.
Di Yogyakarta depolitisasi itu mekahirkan pergeseran dalam perkembangan Tradisi Realis.Para Perupa Secara Sadar Karena Takut dituduh berpolitik-memasuki dunia idealisme dan mempersoalkan, misaknya,identitas indonesia yang bernaung di bawah nasionalisme. Dalam isu ini masalah - masalah sosio-politik, yang tercermin kuat pada seluruh perkembangan Tradisi Realis sejak Sudjojono, digeser.Sebagai gantinya muncul masalah - masalah sosio - luktural, seperti misaknya tradisionalisme.
10-596 | 702 O Sum | Filsafat, Sejarah dan Teori Seni (Buku Filsafat, Sejarah dan Teori Seni) | Tersedia |
10-596.2 | 701 O Sum | Filsafat, Sejarah dan Teori Seni (Filsafat, Sejarah dan Teori Seni) | Tersedia |
Tidak tersedia versi lain